Belitung – Isu hipertensi kini menjadi perhatian serius di Indonesia. Data Riskesdas menunjukkan prevalensi hipertensi terus meningkat dan menjadi salah satu masalah utama penyakit tidak menular (PTM) yang memengaruhi kualitas hidup masyarakat. Untuk menjawab tantangan tersebut, tim peneliti lintas kampus dari UIN Sumatera Utara Medan dan UIN Raden Fatah Palembang melaksanakan penelitian kolaboratif di Kabupaten Belitung.
Penelitian ini mengusung tema “Spatial Epidemiology Hipertensi Berbasis Geographic Information System (GIS) sebagai Strategi Penguatan Kebijakan Evidence Based” dalam skema BOPTN 2025 Klaster Penelitian Terapan Pengembangan Nasional. Tim penelitian diketuai oleh Wasiyem, M.Si, dosen Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara, didampingi Zata Ismah, MKM, dosen Prodi Psikologi Islam UIN Raden Fatah Palembang. Tim juga dibersamai oleh pembantu lapangan yaitu Fahmi Mandala Putra, S.Pdi.,Gr dari Pascasarjana PAI UIN Raden Fatah Palembang bertugas menggali sosial budaya dan keagaamaan masyarakat; Maulana Randy Septian, SKM dan Mawaddah Sri Rezeki Dalimunthe, SKM alumni Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara yang bertugas menggali sosial budaya masyarakat dari sisi kesehatan.

Menyusuri Belitung, Menggali Data
Pengambilan data lapangan dilakukan selama enam hari, mulai Rabu hingga Minggu (17–21 September 2025). Rangkaian kunjungan dibuka di Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, di mana tim disambut hangat oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, Ibu Sri Agustini, S.IP, yang diwakilkan oleh Plt. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, Ibu Yuniarty S.Kep. Dalam pertemuan ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Ketua Tim Kerja P2PTM dan KESWA, Bapak Sukarman, SKM., serta Anggota Tim Kerja P2PTM dan KESWA, Ibu Lisna Damayanti, SKM. Dari wawancara tersebut, tim mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai strategi pemerintah daerah dalam menekan angka hipertensi, sekaligus kendala yang masih dihadapi.

“Program hipertensi di Belitung menemui berbagai tantangan terbesar ada pada kesadaran masyarakat terkait pemeriksaan dini dan faktor budaya yang sulit diubah. Menurut pihak dinas kesehatan juga masyarakat kurang konsumsi buah dan sayur karena memang susah mendapatkannya. Masyarakat yang kebanyakan kehidupannya dari nelayan sehingga mereka merasa cukup makan dengan lauk ikan asin. Kebiasaan merokok, suka beli makanan instan atau cepat saji” ujar Bapak Sukarman saat ditemui.




Dari Puskesmas ke Masyarakat
Perjalanan penelitian berlanjut ke Puskesmas Tanjungpandan. Kepala UPT Puskesmas Tanjungpandan, Bapak dr. Ikhwan Gusnadi memberikan informasi lapangan mengenai layanan deteksi dini, pola pengobatan, serta pendekatan promotif dan preventif yang dijalankan. Diskusi yang berlangsung cair itu menyingkap berbagai tantangan di lapangan, mulai dari keterbatasan tenaga kesehatan, hingga pola hidup masyarakat yang masih tinggi konsumsi garam dan kurang beraktivitas fisik.
Tidak berhenti pada institusi kesehatan, tim juga melakukan wawancara langsung dengan masyarakat setempat. Dari perbincangan ini, peneliti menemukan bahwa kebiasaan makan tinggi asin dan lemak, serta faktor sosial budaya turut memengaruhi tingginya kasus hipertensi.




Belajar dari Geopark Belitung
Selain fokus pada kesehatan, tim menyempatkan diri mengunjungi Pusat Informasi Geopark Belitung yang telah diakui UNESCO. Di lokasi ini, peneliti memperoleh wawasan mendalam mengenai kekayaan alam Belitung, mulai dari batu satam yang khas, granit, hingga timah primer. Dimana Batu Satam adalah batu kebanggaan masyarakat yang berasal dari pecahan Meteor dan dijadikan benda pusaka turun temurun masyarakat serta perhiasan berharga. Tidak hanya itu, tim juga mempelajari sejarah dan kearifan lokal masyarakat Belitung yang erat kaitannya dengan cara hidup sehari-hari.
“Kesehatan masyarakat tidak bisa dipisahkan dari faktor lingkungan, budaya, dan sosial. Itulah mengapa kami melihat Belitung bukan hanya dari sisi epidemiologi, tetapi juga dari perspektif holistik,” jelas Ibu Wasiyem, M.Si.


Menuju Kebijakan Berbasis Bukti
Penelitian dengan pendekatan spatial epidemiology ini diharapkan dapat memberikan peta sebaran hipertensi berbasis wilayah, sehingga pemerintah daerah memiliki landasan yang lebih kuat dalam menyusun kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy).
Menurut Zata Ismah, kolaborasi lintas kampus ini juga menjadi upaya memperkuat jejaring akademik dalam memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan kesehatan nasional. “Kami berharap hasil penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi Kabupaten Belitung, tetapi juga dapat menjadi model bagi daerah lain dalam mengatasi hipertensi dengan pendekatan data spasial,” ujarnya.


Penutup
Selama di Belitung bukan hanya perjalanan penelitian, tetapi juga pengalaman memahami denyut nadi masyarakat di balik angka-angka epidemiologi. Dari kantor dinas, puskesmas, hingga rumah warga, semua data yang dihimpun menjadi bagian penting untuk merumuskan strategi kesehatan yang lebih tepat sasaran.
Melalui riset ini, diharapkan Belitung tidak hanya dikenal sebagai pulau dengan keindahan alam dan status geopark internasional, tetapi juga sebagai daerah yang mampu menghadirkan kebijakan kesehatan masyarakat berbasis bukti yang tangguh dan berkelanjutan.